Friday, December 22, 2006

Rumah Makan Prima Rasa

Setelah Sate Bantar berkembang, Ibu Hj. Sri Astuti bersama suaminya, Bp. H. Sudiman Hadi Suharyo, mengembangkan usahanya dengan membangun rumah makan prasmanan yang pada waktu itu belum banyak rumah makan dengan cara tamu mengambil makan sendiri. Rumah makan tersebut diberi nama Prima Rasa.

Bermacam macam menu prasmanan yang tersedia. Mulai dari Gudeg, Oseng-oseng, Mangut Lele, Opor Ayam Kampung, Sambal Goreng, dll. Lauk pauk yang disediakan seperti tempe, tahu, lele goreng, telur, bandeng presto, dan pepes bandeng presto.

Mulai tahun 2007, Rumah Makan Prima Rasa mulai menambah menu "Panas". Maksudnya menu yang dimasak bila dipesan. Menu tersebut antara lain ayam goreng kampung, sop iga sapi, soto, tongseng kambing, gule kambing, nasi goreng ayam kampung, dan nasi goreng kambing. Adapun untuk minuman, selain teh, jeruk, soda gembira, soft drink, kopi, dan susu Prima Rasa mulai menambah jus buah segar dan juga "WEDANG UWUH" sejenis minuman tradisional.

Rumah Makan Prima Rasa juga menerima paket wisata, paket dus maupun paket aqiqoh. Apabila menginginkan informasi lebih lanjut, dapat langsung menghubungi Ibu Hj. Sri Astuti di nomor 0274 7457863. Atau silakan langsung mencicipi masakannya di Jl. Wates Km. 11 Sedayu, Bantul. Dari Jogja ke arah Purworejo/Purwokerto, setelah SPBU Candi Mas sebelah kiri jalan, berseberangan dengan Prima Swalayan.

Wednesday, December 20, 2006

Sate Bantar Yogyakarta

Waktu itu Bp. Hadi Prawoto membeli sebuah rumah sederhana di Tonalan, Argosari, Sedayu, Bantul di pinggir jalan yang lebih dikenal sekarang dengan “Jalur Selatan” pulau jawa ke arah Wates atau Purworejo, kira-kira 13 kilometer dari pusat kota Yogyakarta. Jadi setiap kendaraan yang akan menuju Purwokerto, Bandung, maupun Jakarta yang menggunakan jalur selatan, pasti melewati rumah tersebut.

Kondisi jalan yang sangat jelek dan belum banyak rumah penduduk di pinggir jalan tersebut, membuat jarang sekali kendaraan yang lewat. Apalagi kalau hari menjelang malam. Ditambah lagi terdapat beberapa daerah yang masih hutan, entah hutan pepohonan biasa atau hutan bambu.

Karena memang sudah jiwanya wiraswasta, maka pada bulan September 1978 dengan dibantu putri pertamanya Sri Astuti yang waktu itu telah dikaruniai 3 anak putri yang masih kecil, dan suaminya Sudiman Hadi Suharyo sebagai perajin wayang dari kulit di daerah Tamansari, Yogyakarta, maka dibukalah warung kecil dengan nama “SATE BANTAR” dengan menu utama Sate Kambing, Tongseng Kambing, dan Gulai Kambing.

Nama Bantar diambil karena tempat warung sate tersebut berada, tidak jauh dengan daerah bernama “Bantar”. Dimana terdapat jembatan yang melintang di atas sungai Progo yang sangat terkenal yang merupakan salah satu hasil karya Ir. Soekarno, presiden pertama RI. Banyak orang mengenal jembatan tersebut dengan nama Jembatan Bantar. Sehingga hal itulah yang membuat inspirasi agar warung sate ini banyak dikenal orang, yaitu “SATE BANTAR”.

Sate Bantar terkenal dengan sate yang empuk dan disajikan dalam bentuk porsian bukan ditusuk. Daging yang telah diiris agak besar-besar, ditusuk dengan batangan besi, agar daging bagian dalam jadi matang, dan setelah diberi bumbu yang sangat lezat khas Sate Bantar, selanjutnya tusukan tersebut dibakar. Dalam penyajiannya, irisan daging yang telah matang tersebut dilepas ke dalam piring yang telah diberi beberapa lalapan berupa kol, timun, tomat, dan lombok rawit. Selanjutnya di atas daging tersebut diberi kecap khusus untuk sate yang sangat sulit dicari di luar daerah, bahkan di Yogyakarta sendiri hanya beberapa tempat saja yang menjualnya.

Pelanggan Sate Bantar dari berbagai kalangan yang awal mulanya hanya masyarakat Sedayu dan berbagai kecamatan di sekitarnya, lama kelamaan bertambah mereka yang melakukan perjalanan ke luar kota yang melewati jalan wates tersebut. Hingga sekarang, pelanggan yang berada di luar kota dan kebetulan melewati Sate Bantar akan menyempatkan untuk mampir. Bagi beberapa pelanggan yang sering lewat dan mampir, mereka berkomentar bahwa Sate Bantar termasuk enak dan murah meriah.

Sekarang ini Sate Bantar tidak buka cabang dimanapun dan yang menjalankan usaha ini adalah putri pertama Ibu Hj. Sri Astuti, yaitu Yustin Purwaningtyas, setelah menyelesaikan kuliah. Menu Sate Bantar juga sudah bertambah dengan Sate Sapi, diperuntukkan bagi mereka yang menghindari makanan serba kambing. Sedangkan Ibu Hj. Sri Astuti telah mengembangkan usaha yang lain yaitu Rumah Makan Prima Rasa di Jl. Wates Km. 11 Sedayu.

Labels: